Kategori: Uncategorized

  • Sejarah Senjata Api dalam Sejarah Militer Dunia

    Senjata api sangat diperlukan dalam pertempuran.

     Peradaban manusia menciptakan senjata api dalam sejarah militer sejak lebih dari 1.000 tahun yang lalu, tepatnya semasa Kekaisaran Tiongkok.

    Senjata api ditemukan setelah penemuan bubuk mesiu pada awal tahun 850 M oleh para alkemis Tiongkok. Awalnya, bubuk mesiu digunakan untuk kembang api, tetapi zat tersebut sangat mematikan sehingga dapat menjadi senjata dalam sejarah militer. 

    Berangsur-angsur, senjata api ditemukan berupa tombak api yang digunakan sekitar abad ke-10 dan ke-12. Lalu, senjata api yang dapat digenggam berlanjut menjadi bentuk primitif, yang terdiri dari tabung berongga yang diisi bubuk mesiu dan proyektil kecil.

    Penemuan senjata api yang dapat dipegang ini kemudian semakin membesar secara ukuran. Hal ini membuat peradaban kekaisaran Tiongkok dalam sejarah militer menemukan meriam, senjata besar dan penting dalam pengepungan kota.

    Pengaruh penggunaan senjata api dalam sejarah militer kemudian berkembang di sekitar Asia. Bahkan, Kerajaan Majapahit di Pulau Jawa mengenal cetbang atau warastra yang merupakan meriam tangan. Nama cetbang diperkirakan diadopsi dari bahasa Tionghoa zhongtong. Sedangkan warastra berarti panah sakti, panah dahsyat, atau panah unggul.

    Bentuk cetbang mirip dengan meriam tangan Tiongkok, dengan cara mengisi proyektil dari lubang depan. Namun, variannya juga berkembang dengan menyerupai meriam tangan Turki dan Portugis yang dapat mengisi proyektil dari bagian belakang.

    Senapan laras panjang kuno

    Perkembangan sejarah militer mengantarkan senjata api pada bangsa Eropa berkat Jalur Sutra. Sejak abad ke-13, bentuk primitif senjata api menyebar dari Asia ke Eropa. Perkembangan pun begitu pesat dalam dua abad berikutnya di Eropa, sampai menjadi senjata yang dibawa dalam penjelajahan menelusuri lautan.

    Senjata api yang paling umum dikaitkan dalam penjelajahan adalah blunderbuss buatan Jerman. Dalam sejarah militer, senjata ini punya moncong yang lebar, dan bukaan yang lebar di bagian atas.

    Senjata api genggam yang dibawa para penjelajah di abad ke-15 juga membawa senapan korek api. Fitur yang dimiliki berupa lubang kecil di laras senapan yang muat untuk bubuk mesiu dan seutas tali yang harus dibakar.

    Penjelajahan pada akhirnya memperkenalkan senjata api ke kawasan koloni, seperti Spanyol dan Inggris ke benua Amerika. Demi mempertahankan kuasanya, pemukiman awal koloni harus punya warga yang pandai dalam pembuatan senjata. Biasanya adalah perajin logam yang terampil.

    Keharusan mereka bertahan hidup sembari menjajah, membuat pendudukan orang Eropa di sepanjang Amerika mengembangkan senapan panjang dalam sejarah militer. Di antara jenisnya adalah senapan kentucky, senapan ohio, atau senapan pennsylvania. Senapannya sering diukir dengan rumit, berikut hiasan ukiran halus dengan plat kuning atau perak.

    Senjata api begitu masif pada abad ke-18 dalam sejarah militer Amerika dan Eropa. Senjata perang ini digunakan dalam satuan untuk ditembak berbarengan, dengan dua baris. Baris pertama untuk menembak, dan baris kedua untuk menggantikan baris pertama. Barisan pertama akan menembak saat diberi aba-aba, dan mundur ke barisan kedua untuk mengisi peluru.

     

    Pistol dan revolver

    Berkat banyaknya produsen senjata api, AS begitu pesat dalam sejarah militer. Produksi senjata dan suku cadang senjata begitu marak, dan maju. Kemajuan mengantarkan mereka memproduksi senjata api berukuran kecil.

    Jenis pertama senjata api kecil atau pistol genggam adalah Colt.45 yang dipatenkan oleh Samuel Colt tahun 1836. Senjata ini memperkenalkan sistem multi-tembakan dengan larasnya yang dapat berputar, sehingga ada banyak ruang untuk diisi dengan peluru, dapat dikunci, dan memiliki pegas. Nama Colt pun menjadi identik dengan pistol.

    Dari Colt, perusahaan lain di AS seperti Remington, Starr, Whitney, dan Manhattan mulai memproduksi senjata jenis revolver. Senjata api ini sangat penting dalam sejarah militer semasa Perang Saudara AS. Kemajuannya begitu pesat dengan versi pelepasan dan pengisian ulang yang lebih cepat.

    Perkembangan senapan laras panjang pun turut cepat pada masa Perang Saudara AS, ditambah dengan kabut polusi Revolusi Industri yang bertiup dari Inggris. Bentuk senjata laras panjang berubah dengan sistem pengapian jenis baru untuk melindungi bubuk mesiu, karena selama ini lemah jika berhadapan dengan cuaca basah

    Shotgun

    Agar menutupi kekurangan dari senapan laras panjang, sistem breechloading membuat perubahan besar dalam sejarah militer. Sistem ini membuat senapan tidak lagi harus mengisi peluru dari depan, tetapi dari belakang. Dengan cara ini, beberapa pabrik senapan di AS memperkenalkan senapan yang memiliki laras ganda atau shotgun.

    Seiring waktu, perkembangannya membawa senapan laras ganda semakin mudah untuk mengisi ulang dengan cepat, ketika Colt berinovasi. Senjata api ini menjadi yang dapat diandalkan dalam sejarah militer abad ke-19.

    Senapan dengan tembakan berulang

    Sampailah pada akhir abad ke-19, ketika senapan bisa memuat sederet amunisi. Pencetusnya adalah Spencer Repeating Rifle Company. Selongsong peluru bisa disimpan dalam magasin di bagian belakang senjata api.

    Perusahaan-perusahaan senjata api AS berlomba-lomba untuk menciptakan senjata mematikan. Yang terkenal adalah senapan gatling yang dapat diputar dengan tangan, dan menembakkan 200 peluru per menit. Senjata ini dipatenkan pada awal 1860.

    Di Inggris, bentuk seperti senapan gatling juga berkembang dengan senapan maxim yang dibuat oleh Hiram Maxim. Senjata mesin generasi berikutnya ini ditemukan pada 1884 dengan kemampuan menembak 600 peluru per menit.

    Kehebatan senapan maxim langsung mewarnai sejarah militer Inggris, Austria, Jerman, Italia, Swiss, dan Rusia. Saat Perang Dunia I, senjata ini mewarnai kancah pertempuran. Jerman bahkan mengembangkan senjata versi mereka.

    Perkembangan demi perkembangan terus melaju dalam sejarah militer pada senjata api. Senapan lainnya yang paling populer dalam Perang Dunia II adalah senapan tommy atau senapan mesin ringan Thompson yang ditemukan 1918

    AK-47 vs. M-16

    Namun senjata yang paling signifikan ada pada era Perang Dingin dengan senapan AK-47. Senjata ini dikembangkan oleh Mikhail Kalashnikov untuk militer Uni Soviet. Angka ini 47 menyesuaikan tahun pengembangnnya pada 1947. Senjata ini menawarkan tembakan cepat pada senapan mesin dengan kemudahan dibawa.

    AK-47 pun semakin populer karena harganya yang murah dan mudah diproduksi. Senjata ini bahkan begitu mematikan dan digunakan oleh gerilyawan. Dalam Perang Vietnam, kehadiran senjata ini membuat AS harus memproduksi senapan serbu baru seperti AR-15 atau M-16.

    Kedua senjata ini dioperasikan dengan sebagian gas bertekanan tinggi dari selongsong peluru. Keduanya dapat menembak hingga 900 peluru per menit. Dalam sejarah militer saat memasuki abad ke-21, kedua senapan terus berubah menjadi senjata api yang mendominasi kekuatan militer. 

    Senjata Amerika 

    Pengrajin logam yang terampil mengembangkan senapan panjang Amerika, yang juga terkenal sebagai senapan Kentucky, Ohio, atau Pennsylvania. Senapan-senapan tersebut kadang-kadang diukir dengan rumit dan didekorasi dengan pelat kuningan atau perak yang terukir halus. Namun, kualitas paling penting dari senapan itu adalah larasnya yang panjang. Alur ini mengarahkan bola timbal atau proyektil lain untuk berputar saat keluar dari laras, memastikan garis tembakan yang lebih lurus dan bidikan yang lebih baik untuk penembak. Peningkatan bidikan dari senjata itu sangat penting bagi orang dahulu untuk berburu mencari bahan makanan.

    Era perang revolusioner

    Selama Perang Revolusi, beberapa pejuang milisi Amerika terlibat dalam taktik gaya gerilya yang menggunakan senapan berburu mereka untuk membidik tentara Inggris dari tempat yang jauh. Namun, sebagian besar milisi dan tentara kontinental menggunakan kombinasi senapan British Brown Bess dan French Charleville. Senjata smoothbore itu menawarkan ketepatan yang kurang dalam membidik, tetapi lebih cepat untuk diisi ulang. Ketika permintaan meningkat untuk mempersenjatai tentara Revolusi Amerika, pembuat senjata lokal mulai memproduksi senapan buatan

    Eropa versi mereka sendiri. Penyulut yang digunakan untuk menyalakan bubuk mesiu pada senjata smoothbore awal buatan Amerika, biasanya dihasilkan oleh sepotong batu api yang menghantam pelat logam atau “panci” yang dilapisi bubuk mesiu. Seorang prajurit yang terlatih pada umumnya dapat menembak dan mengisi ulang senjata api 3 kali dalam 1 menit. Sedangkan, senapan panjang Amerika biasanya membutuhkan 1 menit untuk memuat dan menembakkan satu tembakan. Untuk meningkatkan persenjataan yang ditanam di dalam negeri, Jenderal George Washington memerintahkan pendirian Gudang Senjata Springfield di Springfield, Massachusetts, pada 1776. Pada awalnya gudang senjata tersebut untuk menyimpan amunisi dan gerbong senjata, tetapi pada 1790-an gudang senjata mulai memproduksi senapan dan akhirnya senjata lainnya. Setelah Perang Revolusi, Kongres juga mendirikan Harpers Ferry Armory di West Virginia pada 1798, untuk meningkatkan produksi senjata dan amunisi.

    Perusahaan pembuat senjata

    Sekitar pada 1798, pemerintah AS dan beberapa negara bagian juga mulai menyewa perusahaan pembuat senjata yang lebih kecil untuk memproduksi senjata atau suku cadang senjata, berdasarkan senjata yang diproduksi di gudang senjata AS. Beberapa pembuat senjata tertua di AS memulai karirnya saat itu, termasuk Eliphalet Remington, yang mulai memproduksi senapan flintlock pada 1816. Remington Arms Company telah bertahan hingga era modern kini, meskipun perusahaan tersebut mengajukan kebangkrutan pada Februari 2018 karena penjualan yang lesu. Pada era itu, Henry Deringer juga memulai kariernya. Pihaknya memproduksi senapan flintlock untuk pemerintah AS mulai 1810. Saat ini nama Deringer umumnya dikaitkan dengan pistol kecil yang dapat disembunyikan. Eli Whitney, yang awalnya terkenal karena menemukan mesin pemisah kapas pada 1790-an, kemudian mengembangkan sistem untuk menghasilkan bagian senapan yang dapat diganti.

    Perang Saudara

    Saat dimulainya Perang Saudara di Amerika, senjata jenis revolver menjadi salah satu senjata sampingan utama untuk tentara Union dan Konfederasi. Di antara produsen desain revolver yang paling terkenal adalah Smith dan Wesson, yang versinya terbukti lebih cepat untuk peluru ditembakan dan diisi ulang. Tepat sebelum awal abad ke-20, Colt, diikuti oleh Smith and Wesson, mengembangkan silinder revolver yang dapat diayunkan ke samping untuk menurunkan dan memuat ulang peluru.

    Apa yang disebut desain “aksi ganda” akan mendominasi model revolver sepanjang abad ke-20. Senjata mengalami perkembangan pesat hingga melalui Perang Saudara, yang sebagian didorong oleh Revolusi Industri.

    TEMPAT BERMAIN SLOT YANG ASIK : MAHKOTA69

  • Perang Dunia II merubah sejarah

    Perang Dunia II

    Perang Dunia II atau Perang Dunia Kedua (bahasa Inggris: World War II) (biasa disingkat menjadi PDII atau PD2) adalah sebuah perang global yang berlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945. Perang ini melibatkan banyak sekali negara di dunia —termasuk semua kekuatan besar—yang pada akhirnya membentuk dua aliansi militer yang saling bertentangan: Sekutu dan Poros. Perang ini merupakan perang terluas dalam sejarah yang melibatkan lebih dari 100 juta orang di berbagai pasukan militer. Dalam keadaan “perang total”, negara-negara besar memaksimalkan seluruh kemampuan ekonomi, industri, dan ilmiahnya untuk keperluan perang, sehingga menghapus perbedaan antara sumber daya sipil dan militer. Ditandai oleh sejumlah peristiwa penting yang melibatkan kematian massal warga sipil, termasuk Holokaus dan pemakaian senjata nuklir dalam peperangan, perang ini memakan korban jiwa sebanyak 50 juta sampai 70 juta jiwa. Jumlah kematian ini menjadikan Perang Dunia II konflik paling mematikan sepanjang sejarah umat manusia

    Kekaisaran Jepang berusaha mendominasi Asia Timur dan sudah memulai perang dengan Republik Tiongkok pada tahun 1937,[ tetapi perang dunia secara umum pecah pada tanggal 1 September 1939 dengan invasi ke Polandia oleh Jerman yang diikuti serangkaian pernyataan perang terhadap Jerman oleh Perancis dan Britania. Sejak akhir tahun 1939 hingga awal 1941, dalam serangkaian kampanye dan perjanjian, Jerman membentuk aliansi Poros bersama Italia, menguasai atau menaklukkan sebagian besar benua Eropa. Setelah Pakta Molotov–Ribbentrop, Jerman dan Uni Soviet berpisah dan menganeksasi wilayah negara-negara tetangganya sendiri di Eropa, termasuk Polandia. Britania Raya, dengan imperium dan Persemakmurannya, menjadi satu-satunya kekuatan besar Sekutu yang terus berperang melawan blok Poros, dengan mengadakan pertempuran di Afrika Utara dan Pertempuran Atlantik. Bulan Juni 1941, Poros Eropa melancarkan invasi terhadap Uni Soviet yang menandakan terbukanya teater perang darat terbesar sepanjang sejarah, yang melibatkan sebagian besar pasukan militer Poros sampai akhir perang. Pada bulan Desember 1941, Jepang bergabung dengan blok Poros, menyerang Amerika Serikat dan teritori Eropa di Samudra Pasifik, dan dengan cepat menguasai sebagian besar Pasifik Barat.

    Serbuan Poros berhenti pada tahun 1942, setelah Jepang kalah dalam berbagai pertempuran laut dan tentara Poros Eropa dikalahkan di Afrika Utara dan Stalingrad. Pada tahun 1943, melalui serangkaian kekalahan Jerman di Eropa Timur, invasi Sekutu ke Italia, dan kemenangan Amerika Serikat di Pasifik, Poros kehilangan inisiatif mereka dan mundur secara strategis di semua front. Tahun 1944, Sekutu Barat menyerbu Prancis, sementara Uni Soviet merebut kembali semua teritori yang pernah dicaplok dan menyerbu Jerman beserta sekutunya. Perang di Eropa berakhir dengan pendudukan Berlin oleh tentara Soviet dan Polandia dan penyerahan tanpa syarat Jerman pada tanggal 8 Mei 1945. Sepanjang 1944 dan 1945, Amerika Serikat mengalahkan Angkatan Laut Jepang dan menduduki beberapa pulau di Pasifik Barat, menjatuhkan bom atom di negara itu menjelang invasi ke Kepulauan Jepang. Uni Soviet kemudian mengikuti melalui negosiasi dengan menyatakan perang terhadap Jepang dan menyerbu Manchuria. Kekaisaran Jepang menyerah pada tanggal 15 Agustus 1945, sehingga mengakhiri perang di Asia dan memperkuat kemenangan total Sekutu atas Poros.

    Perang Dunia II mengubah haluan politik dan struktur sosial dunia. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) didirikan untuk memperkuat kerja sama internasional dan mencegah konflik-konflik yang akan datang. Para kekuatan besar yang merupakan pemenang perang—Amerika Serikat, Uni Soviet, Tiongkok, Britania Raya, dan Prancis—menjadi anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.Uni Soviet dan Amerika Serikat muncul sebagai kekuatan super yang saling bersaing dan mendirikan panggung Perang Dunia yang kelak bertahan selama 46 tahun selanjutnya. Sementara itu, pengaruh kekuatan-kekuatan besar Eropa mulai melemah, dan dekolonisasi Asia dan Afrika dimulai. Kebanyakan negara yang industrinya terkena dampak buruk mulai menjalani pemulihan ekonomi. Integrasi politik, khususnya di Eropa, muncul sebagai upaya untuk menstabilkan hubungan pasca perang.

    Kronologi

    Awal terjadinya perang umumnya disetujui pada tanggal 1 September 1939, dimulai dengan invasi Jerman ke Polandia; Britania dan Perancis menyatakan perang terhadap Jerman dua hari kemudian. Tanggal lain mengenai awal perang ini adalah dimulainya Perang Tiongkok-Jepang Kedua pada 7 Juli 1937.

    Lainnya mengikuti sejarawan Britania Raya A. J. P. Taylor, yang percaya bahwa Perang Tiongkok-Jepang dan perang di Eropa beserta koloninya terjadi bersamaan dan dua perang ini bergabung pada tahun 1941. Artikel ini memakai penanggalan konvesional. Tanggal-tanggal awal lainnya yang sering dipakai untuk Perang Dunia II juga meliputi invasi Italia ke Abisinia pada tanggal 3 Oktober 1935.Sejarawan Britania Raya Antony Beevor memandang awal Perang Dunia Kedua terjadi saat Jepang menyerbu Manchuria bulan Agustus 1939.

    Tanggal pasti akhir perang juga tidak disetujui secara universal. Dari dulu disebutkan bahwa perang berakhir saat gencatan senjata 14 Agustus 1945 (V-J Day), alih-alih penyerahan diri resmi Jepang (2 September 1945); di sejumlah teks sejarah Eropa, perang ini berakhir pada V-E Day (8 Mei 1945). Meski begitu, Perjanjian Damai dengan Jepang baru ditandatangani pada tahun 1951, dan dengan Jerman pada tahun 1990

    Latar belakang

    Perang Dunia I membuat perubahan besar pada peta politik, dengan kekalahan Blok Sentral, termasuk Austria-Hungaria, Kekaisaran Jerman, dan Kesultanan Utsmaniyah; dan perebutan kekuasaan oleh Bolshevik di Rusia pada tahun 1917. Sementara itu, negara-negara Sekutu yang menang seperti Prancis, Belgia, Italia, Yunani, dan Rumania memperoleh wilayah baru, dan negara-negara baru tercipta dari runtuhnya Austria-Hongaria, Kekaisaran Rusia, dan Kesultanan Utsmaniyah.

    Meski muncul gerakan pasifis setelah Perang Dunia I, kekalahan ini masih membuat nasionalisme iredentis dan revanchis pemain utama di sejumlah negara Eropa. Iredentisme dan revanchisme punya pengaruh kuat di Jerman karena kehilangan teritori, koloni, dan keuangan yang besar akibat Perjanjian Versailles. Menurut perjanjian ini, Jerman kehilangan 13 persen wilayah dalam negerinya dan seluruh koloninya di luar negeri, sementara Jerman dilarang menganeksasi negara lain, harus membayar biaya perbaikan perang, dan membatasi ukuran dan kemampuan angkatan bersenjata negaranya. Pada saat yang sama, Perang Saudara Rusia berakhir dengan terbentuknya Uni Soviet.

    Kekaisaran Jerman bubar melalui Revolusi Jerman 1918–1919 dan sebuah pemerintahan demokratis yang kemudian dikenal dengan nama Republik Weimar dibentuk. Periode antar perang melibatkan kerusuhan antara pendukung republik baru ini dan penentang garis keras atas sayap kanan maupun kiri. Walaupun Italia selaku sekutu Entente berhasil merebut sejumlah wilayah, kaum nasionalis Italia marah mengetahui janji-janji Britania dan Perancis yang menjamin masuknya Italia ke kancah perang tidak dipenuhi dengan penyelesaian damai. Sejak 1922 sampai 1925, gerakan Fasis pimpinan Benito Mussolini berkuasa di Italia dengan agenda nasionalis, totalitarian, dan kolaborasionis kelas yang menghapus demokrasi perwakilan, penindasan sosialis, kaum sayap kiri dan liberal, dan mengejar kebijakan luar negeri agresif yang berusaha membawa Italia sebagai kekuatan dunia—”Kekaisaran Romawi Baru”

    Di Jerman, Partai Nazi yang dipimpin Adolf Hitler berupaya mendirikan pemerintahan fasis di Jerman. Setelah Depresi Besar dimulai, dukungan dalam negeri untuk Nazi meningkat dan, pada tahun 1933, Hitler ditunjuk sebagai Kanselir Jerman. Setelah kebakaran Reichstag, Hitler menciptakan negara satu partai totalitarian yang dipimpin Partai Nazi.

    Partai Kuomintang (KMT) di Tiongkok melancarkan kampanye penyatuan melawan panglima perang regional dan secara nominal berhasil menyatukan Tiongkok pada pertengahan 1920-an, tetapi langsung terlibat dalam perang saudara melawan bekas sekutunya yang komunis. Pada tahun 1931, Kekaisaran Jepang yang semakin militeristik, yang sudah lama berusaha mempengaruhi Tiongkok sebagai tahap pertama dari apa yang disebut pemerintahan sebagai hak untuk menguasai Asia, memakai Insiden Mukden sebagai alasan melancarkan invasi ke Manchuria dan mendirikan negara boneka Manchukuo.

    Terlalu lemah melawan Jepang, Tiongkok meminta bantuan Liga Bangsa-Bangsa. Jepang menarik diri dari Liga Bangsa-Bangsa setelah dikecam atas tindakannya terhadap Manchuria. Kedua negara ini kemudian bertempur di Shanghai, Rehe, dan Heebe sampai Gencatan Senjata Tanggal ditandatangani tahun 1933. Setelah itu, pasukan sukarelawan Tiongkok melanjutkan pemberontakan terhadap agresi Jepang di Manchuria, dan Chahar dan Suiyuan

    Adolf Hitler, setelah upaya gagal menggulingkan pemerintah Jerman tahun 1923, menjadi Kanselir Jerman pada tahun 1933. Ia menghapus demokrasi, menciptakan revisi orde baru radikal dan rasis, dan segera memulai kampanye persenjataan kembali.Sementara itu, Prancis, untuk melindungi aliansinya, memberikan Italia kendali atas Ethiopia yang diinginkan Italia sebagai jajahan kolonialnya. Situasi ini memburuk pada awal 1935 ketika Teritori Cekungan Saat dengan sah bersatu kembali dengan Jerman dan Hitler menolak Perjanjian Versailles, mempercepat program persenjataan kembalinya dan memperkenalkan wajib militer

    Berharap mencegah Jerman, Britania Raya, Perancis, dan Italia membentuk Front Stresa. Uni Soviet, khawatir akan keinginan Jerman mencaplok wilayah luas di Eropa Timur, membuat perjanjian bantuan bersama dengan Prancis. Sebelum diberlakukan, pakta Prancis-Soviet ini perlu melewati birokrasi Liga Bangsa-Bangsa, yang pada dasarnya menjadikannya tidak berguna.Akan tetapi, pada bulan Juni 1935, Britania Raya membuat perjanjian laut independen dengan Jerman, sehingga melonggarkan batasan-batasan sebelumnya. Amerika Serikat, setelah mempertimbangkan peristiwa yang terjadi di Eropa dan Asia, mengesahkan Undang-Undang Netralitas pada bulan Agustus.Pada bulan Oktober, Italia menginvasi Ethiopia, dan Jerman adalah satu-satunya negara besar Eropa yang mendukung tindakan tersebut. Italia langsung menarik keberatannya terhadap tindakan Jerman menganeksasi Austria

    Hitler menolak Perjanjian Versailles dan Locarno dengan remiliterisasi Rhineland pada bulan Maret 1936. Ia mendapat sedikit tanggapan dari kekuatan-kekuatan Eropa lainnya.Ketika Perang Saudara Spanyol pecah bulan Juli, Hitler dan Mussolini mendukung pasukan Nasionalis yang fasis dan otoriter dalam perang saudara mereka melawan Republik Spanyol yang didukung Soviet. Kedua pihak memakai konflik ini untuk menguji senjata dan metode peperangan baru,berakhir dengan kemenangan Nasionalis pada awal 1939. Bulan Oktober 1936, Jerman dan Italia membentuk Poros Roma-Berlin. Sebulan kemudian, Jerman dan Jepang menandatangani Pakta Anti-Komintern, namun kelak diikuti Italia pada tahun berikutnya. Di Tiongkok, setelah Insiden Xi’an, pasukan Kuomintang dan komunis menyetujui gencatan senjata untuk membentuk front bersatu dan sama-sama melawan Jepang.

    Sebelum perang

    Invasi Italia ke Ethiopia (1935)

    Perang Italia-Abisinia Kedua adalah perang kolonial singkat mulai bulan Oktober 1935 sampai Mei 1936. Perang ini terjadi antara angkatan bersenjata Kerajaan Italia (Regno d’Italia) dan angkatan bersenjata Kekaisaran Ethiopia (juga disebut Abisinia). Perang ini berakhir dengan pendudukan militer di Ethiopia dan aneksasinya ke koloni baru Afrika Timur Italia (Africa Orientale Italiana, atau AOI); selain itu, perang ini membuka kelemahan Liga Bangsa-Bangsa sebagai kekuatan pelindung perdamaian. Baik Italia dan Ethiopia adalah negara anggota, tetapi Liga ini tidak berbuat apa-apa ketika negara pertama jelas-jelas melanggar Artikel X yang dibuat oleh Liga ini

    Perang Saudara Spanyol (1936-39)

    Jerman dan Italia memberi dukungan kepada para pemberontak Nasionalis yang dipimpin Jenderal Francisco Franco di Spanyol. Uni Soviet mendukung pemerintah yang sudah berdiri, Republik Spanyol, yang memiliki kecenderungan sayap kiri. Baik Jerman dan Uni Soviet memakai perang proksi ini sebagai kesempatan menguji senjata dan taktik baru mereka. Pengeboman Guernica yang disengaja oleh Legiun Condor Jerman pada April 1937 berkontribusi pada kekhawatiran bahwa perang besar selanjutnya akan melibatkan serangan bom teror besar-besaran terhadap warga sipil

    Invasi Jepang ke Tiongkok (1937)

    Pada bulan Juli 1937, Jepang mencaplok bekas ibu kota kekaisaran Tiongkok Beijing setelah memulai Insiden Jembatan Marco Polo, yang menjadi batu pijakan kampanye Jepang untuk menjajah seluruh wilayah Tiongkok. Uni Soviet segera menandatangani pakta non-agresi dengan Tiongkok untuk memberi dukungan material yang secara efektif mengakhiri kerja sama Tiongkok dengan Jerman sebelumnya. Generalissimo Chiang Kai-shek mengerahkan pasukan terbaiknya untuk mempertahankan Shanghai, tetapi setelah tiga bulan bertempur, Shanghai jatuh. Jepang terus menekan pasukan Tiongkok, mencaplok ibu kota Nanking pada Desember 1937 dan melakukan Pembantaian Nanking.

    Pada bulan Juni 1938, pasukan Tiongkok menghentikan serbuan Jepang dengan membanjiri Sungai Kuning; manuver ini memberikan waktu bagi Tiongkok untuk mempersiapkan pertahanan di Wuhan, namun kota ini berhasil direbut pada bulan Oktober. Kemenangan militer Jepang gagal menghentikan pemberontakan Tiongkok yang menjadi tujuan Jepang. Pemerintahan Tiongkok pindah ke pedalaman di Chongqing dan melanjutkan perang

    Invasi Jepang ke Uni Soviet dan Mongolia (1938)

    Pada tanggal 29 Juli 1938, Jepang menyerbu Uni Soviet dan kalah di Pertempuran Danau Khasan. Meski pertempuran tersebut dimenangkan Soviet, Jepang menyebutnya seri dan buntu, dan pada tanggal 11 Mei 1939, Jepang memutuskan memindahkan perbatasan Jepang-Mongolia sampai Sungai Khalkhin Gol melalui pemaksaan. Setelah serangkaian keberhasilan awal, serangan Jepang di Mongolia digagalkan oleh Pasukan Merah yang menandakan kekalahan besar pertama Angkatan Darat Kwantung Jepang.

    Pertempuran ini meyakinkan sejumlah fraksi pemerintahan Jepang bahwa mereka harus fokus berkonsolidasi dengan pemerintah Soviet demi menghindari ikut campur Soviet dalam perang melawan Tiongkok dan mengalihkan perhatian militer mereka ke selatan, yaitu ke jajahan Amerika Serikat dan Eropa di Pasifik, serta mencegah penggulingan pemimpin militer Soviet berpengalaman seperti Georgy Zhukov, yang kelak memainkan peran penting dalam mempertahankan Moskow.

    Pendudukan Eropa dan perjanjian

    Di Eropa, Jerman dan Italia semakin keras. Pada bulan Maret 1938, Jerman menganeksasi Austria, lagi-lagi mendapat sedikit perhatian dari kekuatan-kekuatan Eropa lainnya. Semakin tertantang, Hitler mulai menegaskan klaim Jerman atas Sudetenland, wilayah Cekoslowakia yang didominasi oleh etnis Jerman dan Perancis dan Britania segera memberikan wilayah ini ke Jerman melalui Perjanjian Munich, yang dibuat melawan keinginan pemerintah Cekoslowakia, dengan imbalan janji tidak meminta wilayah lagi. Sesaat setelah perjanjian ini, Jerman dan Italia memaksa Cekoslowakia menyerahkan wilayah tambahan ke Hungaria dan Polandia. Pada bulan Maret 1939, Jerman menyerbu sisa Cekoslowakia dan membelahnya menjadi Protektorat Bohemia dan Moravia Jerman dan negara klien pro-Jerman bernama Republik Slovak.

    Terkejut, ditambah Hitler menuntut Danzig, Perancis dan Britania Raya menjamin dukungan mereka terhadap kemerdekaan Polandia ketika Italia menguasai Albania pada bulan April 1939, jaminan yang sama diberikan untuk Rumania dan Yunani. Tidak lama setelah janji Prancis-Britania kepada Polandia, Jerman dan Italia meresmikan aliansi mereka sendiri melalui Pakta Baja.

    Bulan Agustus 1939, Jerman dan Uni Soviet menandatangani Pakta Molotov–Ribbentrop, sebuah perjanjian non-agresi dengan satu protokol rahasia. Setiap pihak memberikan haknya satu sama lain, “andai terjadi penyusunan wilayah dan politik,” terhadap “cakupan pengaruh” (antara Polandia dan Lithuania untuk Jerman, dan Polandia timur, Finlandia, Estonia, Latvia, dan Bessarabia untuk Uni Soviet). Pakta ini juga memunculkan pertanyaan tentang keberlangsungan kemerdekaan Polandia.

    Alur perang

    Pecah di Eropa (1939)

    Pada tanggal 1 September 1939, Jerman dan Slovakia—negara klien pada tahun 1939—menyerang Polandia. Tanggal 3 September, Perancis dan Britania Raya, diikuti negara-negara Persemakmuran, menyatakan perang terhadap Jerman, tetapi memberi sedikit dukungan kepada Polandia ketimbang serangan kecil Prancis ke Saarland.Britania dan Perancis juga mulai memblokir perairan Jerman pada tanggal 3 September untuk melemahkan ekonomi dan upaya perang negara ini.

    Tanggal 17 September, setelah menandatangani gencatan senjata dengan Jepang, Soviet juga menyerbu Polandia. Wilayah Polandia terbagi antara Jerman dan Uni Soviet, dengan Lithuania dan Slovakia mendapat bagian kecil. Polandia tidak menyerah; mereka mendirikan Negara Bawah Tanah Polandia dan Pasukan Dalam Negeri bawah tanah, dan terus berperang bersama Sekutu di semua front di luar Polandia.

    Sekitar 100.000 personel militer Polandia diungsikan ke Rumania dan negara-negara Baltik; sebagian besar tentara tersebut kemudian berperang melawan Jerman di teater perang yang lain. Pemecah kode Enigma Polandia juga diungsikan ke Prancis. Pada saat itu pula, Jepang melancarkan serangan pertamanya ke Changsha, sebuah kota Tiongkok yang strategis, tetapi digagalkan pada akhir September.

    Setelah invasi Polandia dan perjanjian Jerman-Soviet atas Lithuania, Uni Soviet memaksa negara-negara Baltik mengizinkan mereka menempatkan tentara Soviet di negara mereka atas alasan “bantuan bersama”.Finlandia menolak permintaan wilayah dan diserang oleh Uni Soviet pada bulan November 1939.Konflik yang kemudian pecah berakhir pada bulan Maret 1940 dengan konsesi oleh Finlandia. Perancis dan Britania Raya, menyebut serangan Soviet ke Finlandia sebagai alasan memasuki kancah perang di pihak Jerman, menanggapi invasi Soviet dengan mendukung dikeluarkannya Uni Soviet dari Liga Bangsa-Bangsa.

    Di Eropa Barat, tentara Britania dikerahkan ke benua ini, namun pada fase yang dijuluki Perang Phoney oleh Britania dan “Sitzkrieg” (perang duduk) oleh Jerman tak satupun pihak yang melancarkan operasi besar-besaran terhadap satu sama lain sampai April 1940. Uni Soviet dan Jerman membuat pakta dagang pada bulan Februari 1940, yang berarti Soviet menerima bantuan militer dan industri dengan imbalan menyediakan bahan mentah untuk Jerman agar bisa mengakali pemblokiran oleh Sekutu.

    Pada bulan April 1940, Jerman menginvasi Denmark dan Norwegia untuk mengamankan pengiriman bijih besi dari Swedia, yang hendak dihadang oleh Sekutu. Denmark langsung menyerah, dan meski dibantu Sekutu, Norwegia berhasil dikuasai dalam waktu dua bulan. Bulan Mei 1940, Britania menyerbu Islandia untuk mencegah kemungkinan invasi Jerman ke pulau itu. Ketidakpuasan Britania atas kampanye Norwegia mendorong pergantian Perdana Menteri Neville Chamberlain dengan Winston Churchill pada tanggal 10 Mei 1940

    Serbuan Poros

    Jerman menyerbu Perancis, Belgia, Belanda, dan Luksemburg pada tanggal 10 Mei 1940. Belanda dan Belgia kewalahan menghadapi taktik blitzkrieg dalam beberapa hari dan minggu. Jalur Maginot yang dipertahankan Prancis dan pasukan Sekutu di Belgia diakali dengan bergerak secara mengapit melintasi hutan lebat Ardennes, yang disalahartikan oleh perencana perang Perancis sebagai penghalang alami bagi kendaraan lapis baja.

    Tentara Britania terpaksa keluar dari Eropa melalui Dunkirk, meninggalkan semua peralatan beratnya pada awal Juni. Tanggal 10 Juni, Italia menyerbu Perancis, menyatakan perang terhadap Perancis dan Britania Raya dua belas hari kemudian Prancis menyerah dan langsung dibelah menjadi zona pendudukan Jerman dan Italia, dan sebuah negara sisa yang tak diduduki di bawah Rezim Vichy. Pada tanggal 3 Juli, Britania menyerang armada Prancis di Aljazair untuk mencegah perebutan oleh Jerman.

    Bulan Juni, pada hari-hari terakhir Pertempuran Perancis, Uni Soviet memaksa aneksasi Estonia, Latvia, dan Lithuania,lalu menganeksasi wilayah Bessarabia yang dipertentangkan Rumania. Sementara itu, kesesuaian politik dan kerja sama ekonomi Nazi-Soviet perlahan buntu,dan kedua negara mulai bersiap untuk perang.

    Dengan Prancis dinetralkan, Jerman memulai kampanye superioritas udara atas Britania (Pertempuran Britania) untuk mempersiapkan sebuah invasi. Kampanye ini gagal, dan rencana invasi tersebut dibatalkan pada bulan September. Menggunakan pelabuhan-pelabuhan Perancis yang baru dicaplok, Angkatan Laut Jerman menikmati kesuksesan melawan Angkatan Laut Kerajaan dengan memakai kapal-U untuk menyerang kapal-kapal Britania di Atlantik. Italia memulai operasinya di Mediterania, memulai pengepungan Malta bulan Juni, menguasai Somaliland Britania bulan Agustus, dan menerobos wilayah Mesir Britania bulan September 1940. Jepang meningkatkan pemblokirannya terhadap Tiongkok pada bulan September dengan merebut sejumlah pangkalan di wilayah utara Indochina Perancis yang saat ini terisolasi

    Sepanjang periode ini, Amerika Serikat yang netral melakukan sejumlah hal untuk membantu Tiongkok dan Sekutu Baratnya. Pada bulan November 1939, Undang-Undang Netralitas diamandemen untuk memungkinkan pembelian “beli dan angkut” oleh Sekutu. Tahun 1940, setelah pencaplokan Paris oleh Jerman, ukuran Angkatan Laut Amerika Serikat meningkat pesat dan, setelah serbuan Jepang ke Indochina, Amerika Serikat memberlakukan embargo besi, baja, dan barang-barang mekanik terhadap Jepang. Pada bulan September, Amerika Serikat menyetujui penukaran kapal penghancur AS dengan pangkalan Britania Raya.Tetap saja, mayoritas rakyat Amerika Serikat menentang intervensi militer langsung apapun terhadap konflik ini sampai tahun 1941

    Pada akhir September 1940, Pakta Tiga Pihak menyatukan Jepang, Italia, dan Jerman untuk meresmikan Kekuatan Poros. Pakta Tiga Pihak ini menegaskan bahwa negara apapun, kecuali Uni Soviet, yang tidak terlibat dalam perang yang menyerang Kekuatan Poros apapun akan dipaksa berperang melawan ketiganya. Pada waktu itu, Amerika Serikat terus mendukung Britania Raya dan Tiongkok dengan memperkenalkan kebijakan Lend-Lease yang mengizinkan pengiriman material dan barang-barang lain dan membuat zona keamanan yang membentang hingga separuh Samudra Atlantik agar Angkatan Laut Amerika Serikat bisa melindungi konvoi Britania. Akibatnya, Jerman dan Amerika Serikat terlibat dalam peperangan laut di Atlantik Utara dan Tengah pada Oktober 1941, bahkan meski Amerika Serikat secara resmi tetap netral.

    Blok Poros meluas bulan November 1940 ketika Hungaria, Slovakia, dan Rumania bergabung dengan Pakta Tiga Pihak ini. Rumania akan memberi kontribusi besar terhadap perang Poros melawan Uni Soviet, sebagian untuk merebut kembali wilayah yang diserahkan kepada Soviet, sebagian lagi demi memenuhi keinginan pemimpinnya, Ion Antonescu, untuk melawan komunisme.Pada bulan Oktober 1940, Italia menyerbu Yunani, tetapi beberapa hari kemudian digagalkan dan dipukul sampai Albania yang berakhir dengan kebuntuan. Bulan Desember 1940, pasukan Persemakmuran Britania Raya memulai serangan balasan terhadap pasukan Italia di Mesir dan Afrika Timur Italia. Pada awal 1941, dengan pasukan Italia dipukul hingga Libya oleh Persemakmuran, Churchill memerintahkan pengerahan tentara dari Afrika untuk membantu Yunani.Angkatan Laut Italia juga menderita kekalahan besar, dengan Angkatan Laut Kerajaan membuat tiga kapal perang Italia tidak berfungsi melalui serangan kapal induk di Taranto, dan menetralisasi beberapa kapal perang lain pada Pertempuran Tanjung Matapan

    Jerman segera turun tangan untuk membantu Italia. Hitler mengirimkan pasukan Jerman ke Libya pada bulan Februari, dan pada akhir Maret mereka melancarkan serangan terhadap pasukan Persemakmuran yang semakin sedikit. Dalam kurun sebulan, pasukan Persemakmuran dipukul mundur ke Mesir dengan pengecualian pelabuhan Tobruk yang dikepung.Persemakmuran berupaya mengusir pasukan Poros pada bulan Mei dan lagi pada bulan Juni, tetapi keduanya gagal.Pada awal April, setelah penandatanganan Pakta Tiga Pihak oleh Bulgaria, Jerman turun tangan di Balkan dengan menyerbu Yunani dan Yugoslavia setelah terjadi kudeta; di sini mereka membuat kemajuan besar, sehingga memaksa Sekutu pindah setelah Jerman menguasai pulau Kreta, Yunani pada akhir Mei.

    Sekutu sempat beberapa kali berhasil pada saat itu. Di Timur Tengah, pasukan Persemakmuran pertama menggagalkan kudeta di Irak yang dibantu pesawat Jerman dari pangkalan-pangkalan di Suriah Vichy,[kemudian dengan bantuan Prancis Merdeka, menyerbu Suriah dan Lebanon untuk mencegah peristiwa seperti itu lagi. Di Atlantik, Britania berhasil menaikkan moral publik dengan menenggelamkan kapal perang Jerman Bismarck. Mungkin yang terpenting adalah pada Pertempuran Britania, Angkatan Udara Kerajaan berhasil bertahan dari serangan Luftwaffe dan kampanye pengeboman Jerman yang berakhir bulan Mei 1941.

    Di Asia, meski sejumlah serangan dari kedua pihak, perang antara Tiongkok dan Jepang buntu pada tahun 1940. Demi meningkatkan tekanan terhadap Tiongkok dengan memblokir rute-rute suplai, dan untuk memposisikan pasukan Jepang dengan tepat andai pecah perang dengan negara-negara Barat, Jepang merebut kendali militer di Indochina selatan Pada Agustus 1940, kaum komunis Tiongkok melancarkan serangan di Tiongkok Tengah; sebagai balasan, Jepang menerapkan kebijakan keras (Kebijakan Serba Tiga) di daerah-daerah pendudukan untuk mengurangi sumber daya manusia dan bahan mentah untuk pasukan komunis.Antipati yang terus berlanjut antara pasukan komunis dan nasionalis Tiongkok memuncak pada pertempuran bersenjata pada bulan Januari 1941, secara efektif mengakhiri kerja sama mereka.

    Dengan stabilnya situasi di Eropa dan Asia, Jerman, Jepang, dan Uni Soviet mempersiapkan diri. Dengan kekhawatiran Soviet terhadap meningkatnya ketegangan dengan Jerman dan rencana Jepang untuk memanfaatkan Perang Eropa dengan merebut jajahan Eropa yang kaya sumber daya alam di Asia Tenggara, kedua kekuatan ini menandatangani Pakta Netralitas Soviet–Jepang pada bulan April 1941.Kebalikannya, Jerman bersiap-siap menyerang Uni Soviet dengan menempatkan pasukan dalam jumlah besar di perbatasan Soviet

    Perang global (1941)

    Pada tanggal 22 Juni 1941, Jerman, bersama anggota Poros Eropa lainnya dan Finlandia, menyerbu Uni Soviet dalam Operasi Barbarossa. Target utama serangan kejutan ini adalah kawasan Baltik, Moskow dan Ukraina dengan tujuan utama mengakhiri kampanye 1941 dekat jalur Arkhangelsk-Astrakhan yang menghubungkan Laut Kaspia dan Laut Putih. Tujuan Hitler adalah menghancurkan Uni Soviet sebagai sebuah kekuatan militer, menghapus komunisme, menciptakan Lebensraum (“ruang hidup”) dengan memiskinkan penduduk asli dan menjamin akses ke sumber daya strategis yang diperlukan untuk mengalahkan musuh-musuh Jerman yang tersisa

    Meski Angkatan Darat Merah mempersiapkan serangan balasan strategis sebelum perang, Barbarossa memaksa komando tertinggi Soviet mengadopsi pertahanan strategis. Sepanjang musim panas, Poros berhasil menembus jauh ke dalam wilayah Soviet, mengakibatkan kerugian besar dalam hal personel dan material. Pada pertengahan Agustus, Komando Tinggi Angkatan Darat Jerman memutuskan menunda serangan oleh Army Group Centre yang kecil dan mengalihkan Satuan Panzer ke-2 untuk membantu tentara yang maju melintasi Ukraina tengah dan Leningrad.Serangan Kiev sukses besar dan berakhir dengan pengepungan dan penghancuran empat unit pasukan Soviet, serta memungkinkan pergerakan lebih lanjut di Krimea dan Ukraina Timur yang industrinya maju (Pertempuran Kharkov Pertama).Sayangnya, pembagian kekuatan ini membuat momentum serangan ke Moscow hilang, dan Soviet memiliki waktu untuk memperkuat diri.

    Pengalihan tiga per empat pasukan Poros dan sebagian besar angkatan udaranya dari Prancis dan Mediterania tengah ke Front Timur membuat Britania mempertimbangkan kembali strategi besarnya.Pada bulan Juli, Britania Raya dan Uni Soviet membentuk aliansi militer melawan Jerman Britania dan Soviet menyerbu Iran untuk melindungi Koridor Persia dan ladang minyak Iran. Bulan Agustus, Britania Raya dan Amerika Serikat bersama-sama merumuskan Piagam Atlantik.

    Pada bulan Oktober, ketika tujuan operasional Poros di Ukraina dan Baltik tercapai, dengan pengepungan Leningrad dan Sevastopol yang masih berlanjut,sebuah serangan besar ke Moskow dilancarkan kembali. Setelah dua bulan bertempur sengit, pasukan Jerman hampir mencapai pinggiran terluar Moskow, tempat tentara-tentaranya yang lelah terpaksa menunda serangan mereka.Pencaplokan teritorial besar dilakukan oleh pasukan Poros, tetapi kampanye mereka gagal mencapai tujuan utamanya: dua kota utama masih dikuasai Soviet, kemampuan memberontak Soviet gagal dipadamkan, dan Uni Soviet mempertahankan banyak sekali potensi militernya. Fase blitzkrieg perang di Eropa telah berakhir

    Pada awal Desember, pasukan cadangan yang baru dimobilisasi memungkinkan Soviet menyamakan jumlah tentaranya dengan Poros.Hal ini, bersama data intelijen yang menetapkan jumlah minimum tentara Soviet di Timur yang cukup untuk mencegah serangan apapun oleh Angkatan Darat Kwantung Jepang,memungkinkan Soviet memulai serangan balasan massal yang dimulai tanggal 5 Desember di front sepanjang 1.000 kilometer (620 mi) dan mendesak tentara Jerman mundur 100–250 kilometer (62–155 mi) ke barat.

    Keberhasilan Jerman di Eropa menggugah Jerman untuk meningkatkan tekanannya terhadap pemerintah-pemerintah Eropa di Asia Tenggara. Pemerintah Belanda setuju menyediakan minyak untuk Jepang dari Hindia Timur Belanda, namun menolak menyerahkan kendali politik atas koloninya. Perancis Vichy, sebaliknya, menyetujui pendudukan Jepang di Indochina Perancis.Pada bulan Juli 1941, Amerika Serikat, Britania Raya, dan pemerintah Barat lainnya bereaksi terhadap pendudukan Indochina dengan membekukan aset-aset Jepang, sementara Amerika Serikat (yang menyediakan 80 persen minyak Jepang) merespon dengan menerapkan embargo minyak secara penuh. Ini berarti Jepang terpaksa memilih antara mengabaikan ambisinya di Asia dan perang melawan Tiongkok, atau merebut sumber daya alam yang diperlukan melalui kekuatan; militer Jepang tidak menganggap yang pertama sebagai pilihan, dan banyak pejabat menganggap embargo minyak sebagai pernyataan perang tidak langsung.

    Jepang berencana merebut koloni-koloni Eropa di Asia dengan cepat untuk menciptakan perimeter defensif besar yang membentang hingga Pasifik Tengah; Jepang kemudian bebas mengeksploitasi sumber daya di Asia Tenggara sambil menyibukkan Sekutu dengan melancarkan perang defensif. Untuk mencegah intervensi Amerika Serikat sambil mengamankan perimeter, Jepang berencana menetralisasi Armada Pasifik Amerika Serikat dari kancah perang. Pada tanggal 7 Desember (8 Desember di Asia) 1941, Jepang menyerang aset-aset Britania dan Amerika Serikat dengan serangan di Asia Tenggara dan Pasifik Tengah secara nyaris bersamaan. Peristiwa ini meliputi serangan ke armada Amerika Serikat di Pearl Harbor, pendaratan di Thailand dan Malaysia dan pertempuran Hong Kong.

    Serangan-serangan ini mendorong Amerika Serikat, Britania Raya, Tiongkok, Australia, dan beberapa negara lain secara resmi menyatakan perang terhadap Jepang, sementara Uni Soviet, karena sedang terlibat dalam perang besar-besaran dengan blok Poros Eropa, memilih untuk tetap netral dengan Jepang.

    Jerman dan negara-negara Poros menanggapi dengan menyatakan perang terhadap Amerika Serikat. Pada bulan Januari, Empat Besar (Amerika Serikat, Britania Raya, Uni Soviet, Tiongkok), dan 22 pemerintahan kecil atau terasingkan mengeluarkan Deklarasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, sehingga memperkuat Piagam Atlantik,dan melakukan kewajiban untuk tidak menandatangani perjanjian damai terpisah dengan negara-negara Poros. Sejak 1941, Stalin terus meminta Churchill, dan kemudian Roosevelt, untuk membuka ‘front kedua’ di Prancis.

    Front Timur menjadi teater perang besar di Eropa dan jumlah korban Soviet yang berjumlah jutaan menciutkan jumlah korban Sekutu Barat yang hanya ratusan ribu orang; Churchill dan Roosevelt mengatakan mereka butuh lebih banyak waktu untuk persiapan, sehingga memunculkan klaim bahwa mereka sengaja buntu untuk menyelamatkan orang-orang Barat dengan mengorbankan orang-orang Soviet.

    Sementara itu, pada akhir April 1942, Jepang dan sekutunya Thailand hampir menguasai seluruh Burma, Malaya, Hindia Timur Belanda, Singapura, dan Rabaul, sehingga menambah kerugian bagi tentara Sekutu dan banyak di antara mereka yang ditawan. Meski memberontak habis-habisan di Corregidor, Filipina akhirnya ditaklukkan pada bulan Mei 1942 dan memaksa pemerintah Persemakmuran Filipina mengasingkan diri.Pasukan Jepang juga memenangkan pertempuran laut di Laut Tiongkok Selatan, Laut Jawa, dan Samudra Hindia,dan mengebom pangkalan laut Sekutu di Darwin, Australia. Satu-satunya kesuksesan sejati Sekutu melawan Jepang adalah kemenangan Tiongkok di Changsha pada awal Januari 1942.Kemenangan-kemenangan mudah atas lawan yang tidak punya persiapan ini membuat Jepang terlalu percaya diri dan berlebihan.

    Jerman juga mewujudkan inisiatifnya. Dengan mengeksploitasi keputusan komando laut Amerika Serikat yang ragu-ragu, Angkatan Laut Jerman mengacaukan jalur kapal Sekutu di lepas pesisir Atlantik Amerika Serikat. Meski kalah besar, anggota Poros Eropa menghentikan serbuan Soviet di Rusia Tengah dan Selatan, sehingga melindungi sebagian besar jajahan yang mereka peroleh pada tahun sebelumnya. Di Afrika Utara, Jerman melancarkan sebuah serangan pada bulan Januari yang memukul Britania kembali ke posisinya di Garis Gazala pada awal Februari, diikuti oleh meredanya pertempuran untuk sementara yang dimanfaatkan Jerman untuk mempersiapkan serangan mereka selanjutnya

  • Sejarah Perang Dunia 1

    Perang Dunia 1

    (bahasa Inggris: World War I) (disingkat PD1) adalah sebuah perang global terpusat di Eropa yang dimulai pada tanggal 28 Juli 1914 sampai 11 November 1918. Perang ini sering disebut Perang Dunia atau Perang Besar sejak terjadi sampai dimulainya Perang Dunia II pada tahun 1939, dan Perang Dunia Pertama atau Perang Dunia I setelah itu. Perang ini melibatkan semua kekuatan besar dunia, yang terbagi menjadi dua aliansi bertentangan, yaitu Sekutu (berdasarkan Entente Tiga yang terdiri dari Britania Raya, Perancis, dan Rusia) dan Blok Sentral (terpusat pada Aliansi Tiga yang terdiri dari Jerman, Austria-Hongaria, dan Italia; namun saat Austria-Hungaria melakukan serangan sementara persekutuan ini bersifat defensif, Italia tidak ikut berperang) Kedua aliansi ini melakukan reorganisasi (Italia berada di pihak Sekutu) dan memperluas diri saat banyak negara ikut serta dalam perang. Lebih dari 70 juta tentara militer, termasuk 60 juta orang Eropa, dimobilisasi dalam salah satu perang terbesar dalam sejarah. Lebih dari 9 juta prajurit gugur, terutama akibat kemajuan teknologi yang meningkatkan tingkat mematikannya suatu senjata tanpa mempertimbangkan perbaikan perlindungan atau mobilitas. Perang Dunia I adalah konflik paling mematikan keenam dalam sejarah dunia, sehingga membuka jalan untuk berbagai perubahan politik seperti revolusi di beberapa negara yang terlibat

    Penyebab jangka panjang perang ini mencakup kebijakan luar negeri imperialis kekuatan besar Eropa, termasuk Kekaisaran Jerman, Kekaisaran Austria-Hungaria, Kesultanan Utsmaniyah, Kekaisaran Rusia, Imperium Britania, Republik Prancis, dan Italia. Pembunuhan tanggal 28 Juni 1914 terhadap Adipati Agung Franz Ferdinand dari Austria, pewaris takhta Austria-Hungaria, oleh seorang nasionalis Yugoslavia di Sarajevo, Bosnia dan Herzegovina adalah pencetus perang ini. Pembunuhan tersebut berujung pada ultimatum Habsburg terhadap Kerajaan Serbia. Sejumlah aliansi yang dibentuk selama beberapa dasawarsa sebelumnya terguncang, sehingga dalam hitungan minggu semua kekuatan besar terlibat dalam perang; melalui koloni mereka, konflik ini segera menyebar ke seluruh dunia.

    Pada tanggal 28 Juli, konflik ini dibuka dengan invasi ke Serbia oleh Austria-Hungaria,diikuti invasi Jerman ke Belgia, Luksemburg, dan Prancis; dan serangan Rusia ke Jerman. Setelah pawai Jerman di Paris tersendat, Front Barat melakukan pertempuran atrisi statis dengan jalur parit yang mengubah sedikit suasana sampai tahun 1917. Di Timur, angkatan darat Rusia berhasil mengalahkan pasukan Kesultanan Utsmaniyah, namun dipaksa mundur dari Prusia Timur dan Polandia oleh angkatan darat Jerman. Front lainnya dibuka setelah Kesultanan Utsmaniyah ikut serta dalam perang tahun 1914, Italia dan Bulgaria tahun 1915, dan Rumania tahun 1916. Kekaisaran Rusia runtuh bulan Maret 1917, dan Rusia menarik diri dari perang setelah Revolusi Oktober pada akhir tahun itu. Setelah serangan Jerman di sepanjang front barat tahun 1918, Sekutu memaksa pasukan Jerman mundur dalam serangkaian serangan yang sukses dan pasukan Amerika Serikat mulai memasuki parit. Jerman, yang bermasalah dengan revolusi pada saat itu, setuju melakukan gencatan senjata pada tanggal 11 November 1918 yang kelak dikenal sebagai Hari Gencatan Senjata. Perang ini berakhir dengan kemenangan di pihak Sekutu.

    Peristiwa di front Britania sama rusuhnya seperti front depan, karena para pihak terlibat berusaha memobilisasi tenaga manusia dan sumber daya ekonomi mereka untuk melakukan perang total. Pada akhir perang, empat kekuatan imperial besar—Kekaisaran Jerman, Rusia, Austria-Hungaria, dan Utsmaniyah—bubar. Negara pengganti dua kekaisaran yang disebutkan pertama tadi kehilangan banyak sekali wilayah, sementara dua terakhir bubar sepenuhnya. Eropa Tengah terpecah menjadi beberapa negara kecil.Liga Bangsa-Bangsa dibentuk dengan harapan mencegah konflik seperti ini selanjutnya. Nasionalisme Eropa yang muncul akibat perang dan pembubaran kekaisaran, dampak kekalahan Jerman dan masalah dengan Traktat Versailles diyakini menjadi faktor penyebab pecahnya Perang Dunia II.

    Nama

    Di Kanada, Maclean’s Magazine pada bulan Oktober 1914 menuliskan, “Sejumlah perang diberi dan dinamakannya sendiri. Perang ini namanya Perang Besar.”Sejarah asal usul dan bulan-bulan pertama perang diterbitkan di New York pada akhir 1914 dengan judul The World War (Perang Dunia).Selama periode antar perang, perang ini lebih sering disebut Perang Dunia dan Perang Besar di negara-negara berbahasa Inggris.

    Setelah pecahnya Perang Dunia Kedua tahun 1939, istilah Perang Dunia I atau Perang Dunia Pertama menjadi standar, dengan sejarawan Britania dan Kanada yang lebih suka Perang Dunia Pertama, dan Amerika Perang Dunia I. Kedua istilah ini juga dipakai selama periode antar perang. Frasa “Perang Dunia Pertama” pertama dipakai bulan September 1914 oleh filsuf Jerman Ernst Haeckel, yang mengklaim bahwa “tidak ada keraguan bahwa alur dan tokoh ‘Perang Eropa’ yang dikhawatirkan akan menjadi perang dunia pertama dalam arti sepenuhnya.”The First World War (Perang Dunia Pertama) juga merupakan judul buku sejarah tahun 1920 karya perwira dan jurnalis Charles à Court Repington.

    Latar belakang

    Pada abad ke-19, kekuatan-kekuatan besar Eropa berupaya keras mempertahankan keseimbangan kekuatan di seluruh Eropa, sehingga pada tahun 1900 memunculkan jaringan aliansi politik dan militer yang kompleks di benua ini. Berawal tahun 1815 dengan Aliansi Suci antara Prusia, Rusia, dan Austria. Kemudian, pada Oktober 1873, Kanselir Jerman Otto von Bismarck menegosiasikan Liga Tiga Kaisar (Jerman: Dreikaiserbund) antara monarki Austria-Hungaria, Rusia, dan Jerman. Perjanjian ini gagal karena Austria-Hungaria dan Rusia tidak sepakat mengenai kebijakan Balkan, sehingga meninggalkan Jerman dan Austria-Hungaria dalam satu aliansi yang dibentuk tahun 1879 bernama Aliansi Dua. Hal ini dipandang sebagai metode melawan pengaruh Rusia di Balkan saat Kesultanan Utsmaniyah terus melemah. Pada tahun 1882, aliansi ini meluas hingga Italia dan menjadi Aliansi Tiga

    Setelah 1870, konflik Eropa terhindar melalui jaringan perjanjian yang direncanakan secara hati-hati antara Kekaisaran Jerman dan seluruh Eropa yang dirancang oleh Bismarck. Ia berupaya menahan Rusia agar tetap di pihak Jerman untuk menghindari perang dua front dengan Prancis dan Rusia. Ketika Wilhelm II naik takhta sebagai Kaisar Jerman (Kaiser), Bismarck terpaksa pensiun dan sistem aliansinya perlahan dihapus. Misalnya, Kaiser menolak memperbarui Perjanjian Reasuransi dengan Rusia pada tahun 1890. Dua tahun kemudian, Aliansi Perancis-Rusia ditandatangani untuk melawan kekuatan Aliansi Tiga. Pada tahun 1904, Britania Raya menandatangani serangkaian perjanjian dengan Prancis, Entente Cordiale, dan pada 1907, Britania Raya dan Rusia menandatangani Konvensi Inggris-Rusia. Meski perjanjian ini secara formal tidak menyekutukan Britania Raya dengan Perancis atau Rusia, mereka memungkinkan Britania masuk konflik manapun yang kelak melibatkan Perancis dan Rusia, dan sistem penguncian perjanjian bilateral ini kemudian dikenal sebagai Entente Tiga.

    Kekuatan industri dan ekonomi Jerman tumbuh pesat setelah penyatuan dan pendirian Kekaisaran pada tahun 1871. Sejak pertengahan 1890-an sampai seterusnya, pemerintahan Wilhelm II memakai basis industri ini untuk memanfaatkan sumber daya ekonomi dalam jumlah besar untuk membangun Kaiserliche Marine (Angkatan Laut Kekaisaran Jerman), yang dibentuk oleh Laksamana Alfred von Tirpitz, untuk menyaingi Angkatan Laut Kerajaan Britania Raya untuk supremasi laut dunia.Hasilnya, setiap negara berusaha mengalahkan negara lain dalam hal kapal modal. Dengan peluncuran HMS Dreadnought tahun 1906, Imperium Britania memperluas keunggulannya terhadap pesaingnya, Jerman. Perlombaan senjata antara Britania dan Jerman akhirnya meluas ke seluruh Eropa, dengan semua kekuatan besar memanfaatkan basis industri mereka untuk memproduksi perlengkapan dan senjata yang diperlukan untuk konflik pan-Eropa.Antara 1908 dan 1913, belanja militer kekuatan-kekuatan Eropa meningkat sebesar 50 persen

    Austria-Hungaria mengawali krisis Bosnia 1908–1909 dengan menganeksasi secara resmi bekas teritori Utsmaniyah di Bosnia dan Herzegovina, yang telah diduduki sejak 1878. Peristiwa ini membuat Kerajaan Serbia dan pelindungnya, Kekaisaran Rusia yang Pan-Slavia dan Ortodoks berang. Manuver politik Rusia di kawasan ini mendestabilisasi perjanjian damai yang sudah memecah belah apa yang disebut sebagai “tong mesiu Eropa”

    Tahun 1912 dan 1913, Perang Balkan Pertama pecah antara Liga Balkan dan Kesultanan Utsmaniyah yang sedang retak. Perjanjian London setelah itu mengurangi luas Kesultanan Utsmaniyah dan menciptakan negara merdeka Albania, tetapi memperbesar teritori Bulgaria, Serbia, Montenegro, dan Yunani. Ketika Bulgaria menyerbu Serbia dan Yunani pada tanggal 16 Juni 1913, negara ini kehilangan sebagian besar Makedonia ke Serbia dan Yunani dan Dobruja Selatan ke Rumania dalam Perang Balkan Kedua selama 33 hari, sehingga destabilisasi di wilayah ini semakin menjadi-jadi.

    Pada tanggal 28 Juni 1914, Gavrilo Princip, seorang pelajar Serbia Bosnia dan anggota Pemuda Bosnia, membunuh pewaris tahta Austria-Hungaria, Adipati Agung Franz Ferdinand dari Austria di Sarajevo, Bosnia.Peristiwa ini memulai satu bulan manuver diplomatik di antara Austria-Hungaria, Jerman, Rusia, Perancis, dan Britania, yang disebut Krisis Juli. Ingin mengakhiri intervensi Serbia di Bosnia, Austria-Hungaria mengirimkan Ultimatum Juli ke Serbia, yaitu sepuluh permintaan yang sengaja dibuat tidak masuk akal dengan tujuan memulai perang dengan Serbia.Ketika Serbia hanya menyetujui delapan dari sepuluh permintaan, Austria-Hongaria menyatakan perang pada tanggal 28 Juli 1914. Strachan berpendapat, “Tanggapan ragu dan awal oleh Serbia yang mampu membuat perubahan terhadap perilaku Austria-Hungaria bisa diragukan. Franz Ferdinand bukan sosok yang gila popularitas, dan kematiannya tidak membuat kekaisaran ini berduka sedalam-dalamnya”

    Kekaisaran Rusia, tidak ingin Austria-Hungaria menghapus pengaruhnya di Balkan dan mendukung protégé lamanya Serbia, memerintahkan mobilisasi parsial sehari

    kemudian. Kekaisaran Jerman melakukan mobilisasi tanggal 30 Juli 1914, siap menerapkan “Rencana Schlieffen” berupa invasi ke Prancis secara cepat dan massal untuk mengalahkan Angkatan Darat Perancis, kemudian pindah ke timur untuk melawan Rusia. Kabinet Prancis bergeming terhadap tekanan militer mengenai mobilisasi cepat, dan memerintahkan tentaranya mundur 10 km dari perbatasan untuk menghindari insiden apapun. Prancis baru melakukan mobilisasi pada malam tanggal 2 Agustus, ketika Jerman menyerbu Belgia dan menyerang tentara Prancis. Jerman menyatakan perang terhadap Rusia pada hari itu juga.Britania Raya menyatakan perang terhadap Jerman tanggal 4 Agustus 1914, setelah “balasan tidak memuaskan” terhadap ultimatum Britania bahwa Belgia harus dibiarkan netral

    Palagan konflik

    Serangan pembuka

    Kebingungan Blok Sentral

    Strategi Blok Sentral mengalami miskomunikasi. Jerman telah berjanji mendukung invasi Austria-Hongaria ke Serbia, namun penafsiran maksudnya berbeda. Rencana penempatan pasukan yang sebelumnya diuji telah diganti pada awal 1914, namun penggantian tersebut tidak pernah diuji dalam latihan. Para pemimpin Austria-Hungaria yakin Jerman akan melindungi perbatasan utaranya dari serbuan Rusia.Meski begitu, Jerman mengharapkan Austria-Hungaria mengarahkan sebagian besar tentaranya ke Rusia, sementara Jerman menangani Prancis. Kebingungan ini mendorong Angkatan Darat Austria-Hungaria membagi pasukannya antara front Rusia dan Serbia.

    Pada tanggal 9 September 1914, September Programm, sebuah rencana memungkinkan yang menyebutkan tujuan perang tertentu Jerman dan persyaratan yang dipaksakan Jerman terhadap Blok Sekutu, dibuat oleh Kanselir Jerman Theobald von Bethmann-Hollweg. Rencana ini tidak pernah dilaksanakan secara resmi.

    Kampanye Afrika

    Sejumlah pertempuran pertama dalam perang melibatkan kekuatan kolonial Britania, Prancis, dan Jerman di Afrika. Tanggal 7 Agustus, tentara Perancis dan Britania menyerbu protektorat Togoland Jerman. Tanggal 10 Agustus, pasukan Jerman di Afrika Barat Daya menyerang Afrika Selatan; pertempuran sporadis dan sengit berlanjut sampai akhir perang. Pasukan kolonial Jerman di Afrika Timur Jerman, dipimpin Kolonel Paul Emil von Lettow-Vorbeck, melakukan kampanye peperangan gerilya selama Perang Dunia I dan baru menyerah dua minggu setelah gencatan senjata diberlakukan di Eropa.

    Kampanye Serbia

    Austria menyerbu dan memerangi pasukan Serbia pada Pertempuran Cer dan Pertempuran Kolubara yang dimulai tanggal 12 Agustus. Sampai dua minggu berikutnya, serangan Austria dipatahkan dengan kerugian besar, yang menandakan kemenangan besar pertama Sekutu dalam perang ini dan memupuskan harapan Austria-Hungaria akan kemenangan mulus. Akibatnya, Austria harus menempatkan pasukan yang memadai di front Serbia, sehingga melemahkan upayanya membuka perang dengan Rusia. Kekalahan Serbia dalam invasi Austria-Hongaria tahun 1914 tergolong sebagai kemenangan terbalik besar dalam abad terakhir

    Pasukan Jerman di Belgia dan Prancis

    Pada awal pecahnya Perang Dunia Pertama, angkatan darat Jerman (di sebelah barat terdiri dari tujuh pasukan lapangan) melaksanakan versi modifikasi Rencana Schlieffen, yang dirancang untuk menyerang Prancis secara cepat melalui Belgia yang netral sebelum berbelok ke selatan untuk mengepung pasukan Prancis di perbatasan Jerman. Karena Prancis telah menyatakan bahwa mereka akan “bertindak sebebasnya andai terjadi perang antara Jerman dan Rusia”, Jerman memperkirakan kemungkinan serangan di dua front. Jika terjadi hal seperti itu, Rencana Schlieffen menyatakan bahwa Jerman harus mencoba mengalahkan Prancis secara cepat (seperti yang terjadi pada Perang Perancis-Prusia 1870-71). Rencana ini menyarankan bahwa untuk mengulangi kemenangan cepat di barat, Jerman tidak usah menyerang melalui Alsace-Lorraine (yang memiliki perbatasan langsung di sebelah barat sungai Rhine), tetapi mencoba memutuskan Paris secara cepat dari Selat Inggris (terputus dengan Britania Raya). Kemudian pasukan Jerman dipindahkan ke timur untuk menyerbu Rusia. Rusia diyakini membutuhkan persiapan lama sebelum bisa menjadi ancaman besar bagi Blok Sentral.

    Jerman ingin bergerak bebas melintasi Belgia (dan Belanda juga, meski ditolak Kaiser Wilhelm II) untuk bertemu Prancis di perbatasannya. Jawaban dari Belgia netral tentu saja “tidak”. Jerman kemudian merasa perlu menyerbu Belgia, karena inilah rencana satu-satunya yang ada andai terjadi perang dua front di Jerman. Prancis juga ingin menggerakkan tentara mereka melintasi Belgia, tetapi Belgia menolak untuk menghindari pecahnya perang apapun di tanah Belgia. Pada akhirnya, setelah serbuan Jerman, Belgia mencoba menggabungkan pasukan mereka dengan Prancis (namun sebagian besar pasukan Belgia mundur ke Antwerpen tempat mereka dipaksa menyerah ketika semua harapan bantuan pupus).

    Rencana ini meminta agar sisi kanan Jerman bergerak ke Paris, dan awalnya Jerman berhasil, terutama pada Pertempuran Frontiers (14–24 Agustus). Pada 12 September, Prancis, dengan bantuan dari pasukan Britania, menghambat pergerakan Jerman ke timur Paris pada Pertempuran Marne Pertama (5–12 September) dan mendorong pasukan Jerman 50 km ke belakang. Hari-hari terakhir pertempuran ini menandakan akhir dari peperangan bergerak di barat. Serangan Perancis ke Alsace Selatan, dimulai tanggal 20 Agustus dengan Pertempuran Mulhouse, mengalami sedikit kesuksesan.

    Di sebelah timur, hanya satu pasukan lapangan, yaitu pasukan ke-8, yang bergerak cepat melalui kereta api melintasi Kekaisaran Jerman. Pasukan yang dulunya cadangan di barat ini dipimpin oleh Jenderal Paul von Hindenburg untuk mempertahankan Prusia Timur, setelah berhasil melakukan serbuan awal ke Rusia dengan dua unit pasukan. Jerman mengalahkan Rusia dalam serangkaian pertempuran yang secara kolektif disebut Pertempuran Tannenberg Pertama (17 Agustus – 2 September). Akan tetapi, invasi Rusia yang gagal lebih disebabkan oleh berhentinya serangan Jerman di barat dan kekalahan taktis oleh Angkatan Darat Perancis di Marne. Pasukan Jerman semakin lelah dan pasukan cadangannya dipindahkan untuk menangani invasi ke Rusia. Staf Jenderal Jerman di bawah Jenderal Helmuth von Moltke yang Muda juga telah memperhitungkan bahwa pemanfaatan transportasi tentara cepat melalui kereta api tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan di luar Kekaisaran Jerman. Blok Sentral gagal mendapatkan kemenangan cepat di Prancis dan terpaksa berperang di dua front. Pasukan Jerman mengambil posisi defensif yang baik di dalam Perancis dan berhasil melumpuhkan mobilisasi 230.000 tentara Perancis dan Britania secara permanen. Meski begitu, masalah komunikasi dan keputusan komando yang bisa dipertanyakan menggagalkan impian kemenangan awal Jerman

    Asia-Pasifik

    Selandia Baru menduduki Samoa Jerman (kemudian Samoa Barat) pada tanggal 30 Agustus 1914. Tanggal 11 September, Pasukan Ekspedisi Laut dan Militer Australia mendarat di pulau Neupommern (kemudian Britania Baru), yang merupakan wilayah Nugini Jerman. Tanggal 28 Oktober, kapal jelajah SMS Emden menenggelamkan kapal jelajah Jerman Zhemchug pada Pertempuran Penang. Jepang merebut koloni Mikronesia Jerman dan, setelah Pengepungan Tsingtao, pelabuhan batu bara Jerman di Qingdao di semenanjung Shandong, Tiongkok. Dalam beberapa bulan, pasukan Sekutu telah merebut semua teritori Jerman di Pasifik; hanya pos dagang terisolasi dan sedikit wilayah di Nugini yang bertahan

    Awal peperangan parit (1914–1915)

    Taktik militer sebelum Perang Dunia I gagal menyamai kemajuan teknologi. Kemajuan ini memungkinkan terciptanya sistem pertahanan canggih yang tidak mampu disamai taktik militer lama sepanjang perang. Kawat berduri merupakan penghalang efektif terhadap pergerakan infanteri massal. Artileri, jauh lebih mematikan daripada tahun 1870-an, ditambah senjata mesin, menjadikan pergerakan di daratan terbuka sangat sulit dilakukan. Jerman memperkenalkan gas beracun; teknik ini kelak dipakai oleh kedua pihak, meski tidak pernah terbukti menentukan dalam memenangkan suatu pertempuran. Dampaknya sangat sadis, menyebabkan kematian yang lama dan menyakitkan, dan gas beracun menjadi salah satu hal terburuk yang paling ditakuti dan diingat dalam perang ini. Komandan di kedua sisi gagal mengembangkan taktik mematahkan posisi parit dengan tanpa kerugian besar. Sementara itu, teknologi mulai menciptakan senjata-senjata ofensif baru, seperti tank.

    Setelah Pertempuran Marne Pertama (5–12 September 1914), baik pasukan Entente dan Jerman mengawali serangkaian manuver mengepung dalam peristiwa yang disebut “Perlombaan ke Laut”. Britania dan Perancis kelak menyadari bahwa mereka menghadapi pasukan parit Jerman dari Lorraine sampai pesisir Belgia. Britania dan Perancis berupaya melakukan serangan, sementara Jerman mempertahankan teritori yang diduduki. Akibatnya, parit-parit Jerman lebih kukuh ketimbang milik musuhnya, parit Inggris-Prancis hanya bersifat “sementara” sebelum pasukan mereka mematahkan pertahanan Jerman

    Kedua sisi mencoba memecah kebuntuan menggunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada tanggal 22 April 1915 pada Pertempuran Ypres Kedua, Jerman (melanggar Konvensi Den Haag) memakai gas klorin untuk pertama kalinya di Front Barat. Tentara Aljazair mundur ketika digas sehingga terbentuk celah sepanjang enam kilometer (empat mil) terbuka di lini Sekutu yang segera dimanfaatkan Jerman, mengadakan Pertempuran Kitchener’s Wood, sebelum ditutup oleh tentara Kanada. Tank pertama dipakai dalam pertempuran oleh Britania pada Pertempuran Flers-Courcelette (bagian dari serangan Somme yang lebih besar) pada tanggal 15 September 1916 dengan sedikit keberhasilan; Prancis memperkenalkan meriam putar Renault FT pada akhir 1917; Jerman memanfaatkan tank-tank Sekutu yang ditangkap dan sejumlah kecil tank mereka sendiri.

    Kelanjutan peperangan parit (1916–1917)

    Kedua sisi tidak mampu memberi pukulan menentukan selama dua tahun berikutnya. Sekitar 1,1 sampai 1,2 juta tentara pasukan Britania dan jajahannya berada di Front Barat pada satu waktu.Seribu batalyon, menempati sektor lini dari Laut Utara sampai Sungai Orne, melakukan sistem rotasi empat tahap selama satu bulan, kecuali sebuah serangan sedang terjadi. Front ini memiliki parit sepanjang 9.600 kilometer (5.965 mi). Setiap batalion menduduki sektornya selama seminggu sebelum kembali ke lini pendukung dan terus ke lini cadangan sebelum seminggu di luar lini, biasanya di wilayah Poperinge atau Amiens.

    Sepanjang 1915–17, Imperium Britania dan Perancis mengalami lebih banyak korban daripada Jerman, karena sikap strategi dan taktik yang dipilih oleh sisinya. Secara strategis, saat Jerman hanya melakukan satu serangan tunggal di Verdun, Sekutu melakukan banyak upaya untuk mematahkan lini Jerman

    Pada tanggal 1 Juli 1916, Angkatan Darat Britania Raya mengalami hari paling mematikan dalam sejarahnya, dengan korban 57.470 jiwa, termasuk 19.240 gugur, pada hari pertama Pertempuran Somme. Kebanyakan korban jatuh pada satu jam pertama serangan. Seluruh serangan Somme melibatkan setengah juta prajurit Angkatan Darat Britania.

    Serangan Jerman yang terus-menerus di Verdun sepanjang 1916, ditambah Somme (Juli dan Agustus 1916), membawa pasukan Prancis yang lelah di ambang perpecahan. Upaya sia-sia dalam serangan frontal memakan banyak korban bagi Britania dan poilu Prancis dan mendorong terjadinya mutasi besar-besaran tahun 1917, setelah Serangan Nivelle (April dan Mei 1917) yang gagal.

    Secara taktis, doktrin komandan Jerman Erich Ludendorff berupa “pertahanan elastis” cocok dipakai untuk peperangan parit. Pertahanan ini terdiri dari posisi depan yang minim pertahanan dan posisi utama jauh di belakang jangkauan artileri yang lebih kuat, yang dari situlah serangan balasan cepat dan kuat bisa dilancarkan

    Ludendorff menulis tentang pertempuran tahun 1917,

    25 Agustus mengakhiri fase kedua pertempuran Flandria. Peristiwa ini memakan banyak korban dari pihak kami … Pertempuran Agustus mematikan di Flandria dan Verdun membawa tekanan berat bagi tentara Barat. Meski di bawah perlindungan beton, semua tampak kurang kuat menghadapi artileri musuh yang luar biasa. Pada beberapa saat, mereka tidak lagi memiliki ketegasan yang saya, bersama para komandan setempat, harapkan. Musuh berupaya mengadaptasikan diri mereka dengan metode kami dalam melakukan serangan balasan … Saya sendiri mengalami tekanan luar biasa. Suasana di Barat tampak mencegah dilakukannya rencana-rencana kami di manapun. Jumlah korban begitu banyak sehingga kami tidak sempat menguburkan mereka secara layak, dan melebihi semua harapan kami.

    Pada pertempuran Menin Road Ridge, Ludendorff menulis,

    Serangan besar lain dilancarkan terhadap lini kami pada tanggal 20 September … Serangan musuh terhadap pasukan ke-20 berhasil, yang membuktikan superioritas serangan terhadap pertahanan. Kekuatan mereka tidak melibatkan tank; kami melihat mereka begitu tidak nyaman, tetapi terus mengerahkan semuanya. Kekuatan serangan terletak di artileri, dan faktanya artileri kami tidak mampu memberi dampak yang cukup untuk memecah infanteri saat mereka terus bersatu pada saat itu juga

    Pada Pertempuran Arras 1917, satu-satunya keberhasilan besar militer Britania adalah penaklukan Vimy Ridge oleh Korps Kanada di bawah pimpinan Sir Arthur Currie dan Julian Byng. Tentara yang menyerang, untuk pertama kalinya, mampu mengalahkan, bersatu dengan cepat, dan mempertahankan pegunungan yang membatasi dataran Douai yang kaya akan kandungan batu bara.

    Perang laut

    Pada awal perang, Kekaisaran Jerman memiliki kapal jelajah yang tersebar di seluruh dunia, beberapa di antaranya dipakai untuk menyerang kapal dagang Sekutu. Angkatan Laut Kerajaan Britania Raya secara sistematis memburu mereka, meski menanggung malu akibat ketidakmampuannya melindungi kapal Sekutu. Misalnya, kapal jelajah ringan Jerman SMS Emden, bagian dari skadron Asia Timur yang berpusat di Tsingtao, menangkap atau menghancurkan 15 kapal dagang, serta menenggelamkan sebuah kapal jelajah Rusia dan kapal penghancur Prancis. Namun sebagian besar Skadron Asia Timur Jerman—terdiri dari kapal jelajah lapis baja Scharnhorst dan Gneisenau, kapal jelajah ringan Nürnberg dan Leipzig dan dua kapal angkut—tidak diberi perintah mencegat jalur perkapalan dan malah diperintahkan kembali ke Jerman ketika bertemu kapal perang Britania. Armada Jerman dan Dresden menenggelamkan dua kapal jelajah lapis baja pada Pertempuran Coronel, namun hampir hancur pada Pertempuran Kepulauan Falkland bulan Desember 1914, dengan Dresden dan beberapa kapal pembantu berhasil kabur, tetapi pada Pertempuran Más a Tierra kapal-kapal tadi akhirnya hancur atau ditangkap

    Sesaat setelah pecahnya pertempuran, Britania memulai blokade laut Jerman. Strategi ini terbukti efektif, memutuskan suplai militer dan sipil, meski blokade ini melanggar hukum internasional yang diatur oleh beberapa perjanjian internasional selama dua abad terakhir.Britania membuang ranjau di perairan internasional untuk mencegah kapal apapun memasuki seluruh wilayah samudra, sehingga membahayakan kapal yang netral sekalipun. Karena ada sedikit tanggapan terhadap taktik ni, Jerman mengharapkan taktik yang sama terhadap peperangan kapal selamnya yang tidak terhambat

    Pertempuran Jutland (Jerman: Skagerrak Schlacht, atau “Pertempuran Skagerrak”) 1916 berubah menjadi pertempuran laut terbesar dalam perang ini, satu-satunya pertempuran kapal perang berskala besar dalam Perang Dunia I, dan salah satu yang terbesar dalam sejarah. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 31 Mei – 1 Juni 1916 di Laut Utara lepas pantai Jutland. Armada Laut Lepas Kaiserliche Marine, dipimpin Wakil Laksamana Reinhard Scheer, berperang melawan Armada Besar Angkatan Laut Kerajaan, dipimpin Laksamana Sir John Jellicoe. Pertempuran ini buntu, karena Jerman, yang kalah jumlah dengan armada Britania, berhasil kabur dan mengakibatkan kerusakan lebih banyak bagi armada Britania daripada yang mereka terima. Secara strategis, Britania menguasai lautan, dan sebagian besar armada permukaan Jerman masih tertahan di pelabuhan selama perang berlangsung.

    Kapal-U Jerman berusaha memotong jalur suplai antara Amerika Utara dan Britania. Sifat peperangan kapal selam berarti bahwa serangan bisa datang tanpa peringatan, sehingga memberi kemungkinan selamat yang kecil bagi awak kapal dagang. Amerika Serikat mengeluarkan protes, dan Jerman mengganti aturan pertempuran. Setelah penenggelaman kapal penumpang RMS Lusitania tahun 1915, Jerman berjanji tidak lagi menyerang kapal penumpang, sementara Britania mempersenjatai kapal-kapal dagangnya dan menempatkan mereka di luar perlindungan “aturan kapal jelajah” yang meminta peringatan dan penempatan awak di “tempat aman” (standar yang tidak dimiliki sekoci). Akhirnya, pada awal 1917, Jerman menerapkan kebijakan peperangan kapal selam tak terbatas, menyadari bahwa Amerika Serikat akan ikut berperang. Jerman berupaya menghambat jalur laut Sekutu sebelum Amerika Serikat dapat memindahkan pasukan dalam jumlah besar ke luar negeri, tetapi hanya mampu mengerahkan lima kapal-U jarak jauh dengan dampak yang sedikit.

    Ancaman kapal-U berkurang pada tahun 1917, ketika kapal-kapal dagang mulai berlayar dalam bentuk konvoi dan dikawal kapal penghancur. Taktik ini terbukti sulit bagi kapal-U untuk mencari target, sehingga mengurangi kerugian; setelah hidropon dan ranjau bawah air diperkenalkan, kapal penghancur pengawal bisa menyerang kapal selam dengan kemungkinan berhasil. Konvoi memperlambat aliran suplai, karena kapal harus menunggu saat konvoi dibentuk. Solusi terhadap penundaan ini adalah program pembangunan kapal angkut baru secara besar-besaran. Kapal tentara terlalu cepat untuk dikejar kapal selam dan tidak berlayar di Atlantik Utara dalam konvoi.Kapal-U telah menenggelamkan lebih dari 5.000 kapal Sekutu dengan kerugian sebanyak 199 kapal selam.

    Perang Dunia I juga menjadi peristiwa ketika kapal angkut pesawat pertama kali dipakai dalam pertempuran, dengan HMS Furious meluncurkan pesawat Sopwith Camels dalam serangan sukses terhadap hanggar Zeppelin di Tondern pada bulan Juli 1918, serta blimp untuk patroli anti kapal selam

    Palagan Selatan

    Perang di Balkan

    Menghadapi Rusia, Austria-Hungaria hanya mampu menyisihkan sepertiga 

    pasukannya untuk menyerang Serbia. Setelah mengalami kerugian besar, Austria sementara berhasil menduduki ibu kota Serbia, Belgrade. Serangan balasan Serbia pada pertempuran Kolubara berhasil mengusir mereka dari negara ini pada akhir 1914. Selama sepuluh bulan pertama 1915, Austria-Hungaria memanfaatkan sebagian besar cadangan militernya untuk berperang dengan Italia. Akan tetapi, diplomat Jerman dan Austria-Hungaria mengusulkan kudeta dengan membujuk Bulgaria agar ikut menyerang Serbia. Provinsi Slovenia, Kroasia, dan Bosnia menyediakan bala tentara untuk Austria-Hungaria, menyerbu Serbia sekaligus menghadapi Rusia dan Italia. Montenegro berpihak pada Serbia

    Serbia dikuasai dalam kurun satu bulan lebih sedikit, setelah Blok Sentral, sekarang mencakup Bulgaria, mengirimkan 600.000 tentara. Pasukan Serbia, berperang di dua front dan menghadapi kekalahan telak, mundur ke Albania utara (yang sudah mereka duduki sejak awal perang). Serbia kalah pada Pertempuran Kosovo. Montenegro melindungi mundurnya Serbia ke pantai Adriatik pada Pertempuran Mojkovac tanggal 6–7 Januari 1916, namun Austria pada akhirnya menduduki Montenegro. 70.000 tentara Serbia tersisa dievakuasi dengan kapal ke Yunani

    Pada akhir 1915, satu pasukan Perancis-Britania mendarat di Salonika, Yunani, untuk memberi bantuan dan menekan pemerintah setempat untuk menyatakan perang terhadap Blok Sentral. Sayang sekali bagi Sekutu, Raja Constantine I yang pro-Jerman membubarkan pemerintahan Eleftherios Venizelos yang pro-Sekutu, 

    sebelum pasukan ekspedisi Sekutu tiba. Pertentangan antara raja Yunani dan Sekutu terus memuncak dengan terjadinya Skisma Nasional, yang efektif membelah Yunani menjadi wilayah yang setia pada raja dan pemerintahan sementara Venizelos di Salonika. Setelah negosiasi diplomatik intensif dan konfrontasi bersenjata di Athena antara pasukan Sekutu dan royalis (insiden Novriana), raja Yunani mundur dan putra keduanya, Alexander, menggantikannya. Venizelos pulang ke Athena tanggal 29 Mei 1917 dan Yunani, setelah bersatu, secara resmi bergabung di pihak Sekutu. Seluruh pasukan Yunani dimobilisasi dan mulai berpartisipasi dalam operasi militer melawan Blok Sentral di front Makedonia.

    Setelah penaklukan, Serbia dibagi antara Austria-Hungaria dan Bulgaria. Pada tahun 1917, Serbia melancarkan Pemberontakan Toplica dan sempat membebaskan wilayah antara pegunungan Kopaonik dan sungai Morava Selatan. Pemberontakan ini dipadamkan oleh pasukan gabungan Bulgaria dan Austria pada akhir Maret 1917.

    Front Makedonia pada awalnya cenderung statis. Pasukan Prancis dan Serbia menduduki kembali sedikit wilayah Makedonia dengan menaklukkan Bitola tanggal 19 November 1916 sebagai hasil dari Serangan Monastir yang membawa kestabilan di front ini.

    Tentara Serbia dan Prancis akhirnya membuat terobosan, setelah sebagian besar tentara Jerman dan Austria-Hungaria ditarik. Terobosan ini penting dalam mengalahkan Bulgaria dan Austria-Hungaria, yang berujung pada kemenangan akhir PDI. Bulgaria mengalami kekalahan satu-satunya dalam perang pada Pertempuran Dobro Pole, namun beberapa hari kemudian mereka berhasil mengalahkan pasukan Britania dan Yunani pada Pertempuran Di Iran demi menghindari pendudukan. Setelah Serbia menerobos perbatasan Bulgaria, Bulgaria menyerah pada tanggal 29 September 1918. Hindenburg dan Ludendorff menyimpulkan bahwa keseimbangan strategi dan operasi sekarang telah beralih melawan Blok Sentral dan sehari setelah kejatuhan Bulgaria, pada pertemuan pejabat-pejabat pemerintahan, mereka mengupayakan penyelesaian secara damai secepat mungkin.

    Hilangnya front Makedonia menandakan bahwa jalan ke Budapest dan Wina terbuka untuk 670.000 tentara pimpinan Jenderal Franchet d’Esperey setelah menyerahnya Bulgaria memberi Blok Sentral kerugian sebanyak 278 batalyon infanteri dan 1.500 senjata (sama besar dengan 25 sampai 30 divisi Jerman) yang sebelumnya mempertahankan perbatasan. Komando tinggi Jerman merespon dengan mengirimkan tujuh infanteri dan satu divisi kavaleri saja, tetapi pasukan ini terlalu jauh dari front dan sudah terlambat

    Kesultanan Utsmaniyah

    Kesultanan Utsmaniyah bergabung dengan Blok Sentral pada perang ini, Aliansi Utsmaniyah-Jerman yang rahasia telah ditandatangani pada bulan Agustus 1914.Aliansi ini mengancam teritori Kaukasus Rusia dan komunikasi Britania dengan India melalui Terusan Suez. Britania dan Perancis membuka front seberang laut melalui Kampanye Gallipoli (1915) dan Mesopotamia. Di Gallipoli, Kesultanan Utsmaniyah berhasil mengusir Britania, Perancis, dan Korps Angkatan Darat Australia dan Selandia Baru (ANZAC). Di Mesopotamia, sebaliknya, setelah Pengepungan Kut (1915–16) yang menghancurkan, pasukan Imperium Britania melakukan reorganisasi dan menduduki Baghdad pada bulan Maret 1917.

    Jauh ke barat, Terusan Suez berhasil dipertahankan dari serangan Utsmaniyah tahun 1915 dan 1916; pada bulan Agustus, pasukan gabungan Jerman dan Utsmaniyah dikalahkan pada Pertempuran Romawi oleh Pasukan Berkuda Anzac dan Divisi Infanteri (Dataran rendah) ke-52. Setelah kemenangan ini, Pasukan Ekspedisi Mesir Imperium Britania maju melintasi Semenanjung Sinai, mendorong pasukan Utsmaniyah pada Pertempuran Magdhaba bulan Desember dan Pertempuran Rafa di perbatasan antara Sinai Mesir dan Palestina Utsmaniyah bulan Januari 1917.

    Angkatan darat Rusia sedang jaya-jayanya di Kaukasus. Enver Pasha, komandan tertinggi angkatan bersenjata Utsmaniyah, sangat ambisius dan bermimpi menguasai kembali Asia Tengah dan wilayah-wilayah yang diduduki Rusia sebelumnya. Akan tetapi, ia bukan komandan yang cerdas. Ia melancarkan serangan terhadap Rusia di Kaukasus bulan Desember 1914 dengan 100.000 tentara; akibat memaksakan serangan frontal di kawasan pegunungan Rusia saat musim dingin, ia kehilangan 86% pasukannya pada Pertempuran Sarikamish.

    Jenderal Yudenich, komandan Rusia pada 1915 sampai 1916, mengusir Turki keluar dari sebagian besar Kaukasus selatan dengan serangkaian kemenangan. Bulan 1917, Adipati Agung Nicholas dari Rusia mengambil alih komando atas front Kaukasus. Nicholas berencana membangun rel kereta dari Georgia Rusia ke teritori taklukan, sehingga suplai segar bisa dikirimkan ke serangan baru tahun 1917. Sayangnya, pada bulan Maret 1917 (Februari dalam kalender Rusia pra-revolusi), Tsar dijatuhkan dalam Revolusi Februari dan Angkatan Darat Kaukasus Rusia mulai terpecah.

    Dimulai oleh biro Arab dari Departemen Luar Negeri Britania Raya, Pemberontakan Arab dimulai dengan bantuan Britania bulan Juni 1916 pada Pertempuran Makkah, dipimpin Sherif Hussein dari Makkah dan berakhir dengan penyerahan Damaskus oleh Utsmaniyah. Fakhri Pasha, komandan Utsmaniyah di Madinah, bertahan selama lebih dari 2,5 tahun selama Pengepungan Madinah.

    Di sepanjang perbatasan Libya Italia dan Mesir Britania, suku Senussi, didorong dan dipersenjatai Turki, melakukan perang gerilya kecil terhadap tentara Sekutu. Britania terpaksa mengerahkan 12.000 tentaranya untuk menghadapi mereka dalam Kampanye Senussi. Pemberontakan mereka dipatahkan pada pertengahan 1916